`

Diare diartikan sebagai feses dengan tekstur lembek, berair dan muncul terus-menerus. Biasanya disebabkan oleh masalah makanan, alergi makanan atau virus. Jika si kecil mengalami diare, Ibu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak untuk mencari tahu penyebabnya.

Berikut ini adalah fakta dan mitos yang perlu Ibu ketahui tentang diare pada bayi 

 

Fakta, bentuk feses bayi yang diberi ASI berbeda dengan bayi yang diberi susu formula

 

Sebenarnya, feses dari si kecil yang diberikan ASI seringkali disalahartikan dengan diare karena teksturnya yang encer dan berwarna kuning. Bagi si kecil yang diberikan susu formula, biasanya memiliki feses yang lebih kental. Lalu, apa yang membedakannya dengan diare? Jika si kecil terkena diare, Ibu akan tahu dari frekuensi buang air besarnya yang terjadi cukup sering dan feses yang cair serta aroma yang sangat tidak sedap.

Fakta, jika si kecil sering diare setelah makan mungkin ia sensitif terhadap laktosa

 

Sensitif dengan laktosa artinya adalah bahwa tubuh si kecil sulit mencerna semua laktosa (karbohidrat) yang terkandung di dalam susu dan produk olahan susu. Berkonsultasilah dengan dokter jika si kecil mengalami ini. Kemungkinan dokter anak akan memberikan susu formula yang bebas laktosa atau rendah laktosa.

Fakta, si kecil yang mengalami diare terus-menerus mungkin memilki alergi susu sapi

 

Sebanyak 3% bayi memiliki alergi susu sapi. Dalam kasus ini, si kecil bereaksi terhadap protein yang terkandung di dalam susu dan produk olahan susu lainnya. Selain itu, si kecil yang memiliki alergi kemungkinan akan mengalami muntah, ruam kulit, dan kolik. Berkonsultasilah dengan dokter. Dokter Ibu akan merekomendasikan susu formula yang terhidrolisasi secara ekstensif yang memiliki protein hypoallergenic dan mudah diserap oleh si kecil.

Baca Juga : Tips Sederhana Mengatasi Diare

 

Fakta, jika si kecil diberikan ASI dan mengalami diare kemungkinan disebabkan oleh makanan yang Ibu konsumsi

 

Dokter anak Ibu mungkin akan menyarankan Ibu untuk menghindari beberapa makanan dari menu sehari-hari Ibu. Seringkali, produk olahan susu yang akan dihilangkan terlebih dahulu. Biasanya, Ibu disarankan untuk membuat buku harian makanan dan mencatat pola dari gejala yang muncul (si kecil mengalami diare, kolik dan muntah) ketika Ibu mengonsumsi makanan tertentu. Pola apapun akan membantu dokter dalam melihat penyebab diare pada si kecil.

Mitos, jika si kecil mengalami diare yang disebabkan oleh virus, Ibu harus mengurangi pemberian cairan dari minuman si kecil

 

Salah satu efek paling serius dari diare adalah dehidrasi. Ketika si kecil dehidrasi, ia akan kehilangan cairan-cairan penting, garam, dan mineral.  Jadi, sangat penting untuk memberikan kembali cairan tersebut dan nutrisinya. Satu hal yang paling penting yang dapat Ibu lakukan adalah dengan memberikan ASI atau susu formula kepada si kecil – maka penting untuk menambahkan cairan, dan bukan menguranginya.

Mitos, jika si kecil mengalami diare, Ibu dapat memberikan air atau jus apel

 

Air biasa tidak mengandung cukup sodium dan mineral yang dibutuhkan untuk menggantikan cairan yang hilang selama dehidrasi. namun, jus apel dan minuman manis lainya hanya akan memperparah diare karena kandungan gula di dalamnya.

Mitos, jika diare si kecil makin parah, Ibu dapat mengobatinya dengan memberikan  obat diare

 

Si kecil yang mengalami diare terus menerus biasanya terkena dehidrasi. Kuncinya adalah dengan memberikan cairan agar ia merasa baikan. Cairan-bukan obat- adalah jawaban untuk mengatasi dehidrasi. Lagi pula, obat yang beli di toko biasanya memiliki efek samping. Cobalah berdiskusi dengan dokter anak mengenai opsi solusi yang ada agar si kecil terhidrasi kembali.

Ketahui Lebih Banyak

 

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai diare pada bayi, Ibu bisa baca Diare Bayi: Apa yang Dokter Ketahui.