Ibu hamil wajib waspada dengan kondisi preeklampsia. Jika tidak dicegah serta ditangani segera, kondisi ini bisa berlanjut menjadi eklampsia dan bisa menyebabkan kematian.

Tekanan darah tinggi selama kehamilan. Memahami fakta dan preeklamsia

Tapi, Ibu tetap tenang, ya. Preeklampsia bisa dicegah sebaik mungkin dengan menjalankan hidup sehat selama kehamilan. Agar lebih jelas, simak ulasan tentang preeklampsia pada ibu hamil berikut ini, yuk!

Apa itu preeklampsia?

Preeklampsia adalah sebuah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi serta adanya protein di dalam urin. Preeklampsia juga dapat didiagnosa dari adanya pembekuan darah rendah atau trombosit.

Ibu hamil yang mengalami preeklampsia, diindikasikan memiliki gangguan fungsi pada organ tubuh ginjal dan hati. Umumnya, preeklampsia mulai terdeteksi pada minggu ke-20 kehamilan, meskipun pada beberapa kasus dapat terjadi lebih awal.

Masalah tekanan darah yang dialami oleh penderita preeklampsia, mengakibatkan aliran darah ke janin menjadi tidak lancar. Selain itu, plasenta juga tidak bisa maksimal dalam mengalirkan nutrisi untuk janin. Akibatnya, perkembangan janin berisiko terhambat.

Adapun beberapa bahaya preeklampsia untuk kesehatan Ibu dan janin, antara lain:

 

  • Bayi lahir dengan berat badan rendah
  • Kondisi bayi lahir tidak sempurna atau dengan kelainan bawaan
  • Kelahiran prematur
  • Risiko bayi lahir dengan penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi
  • Bayi lahir mati atau stillbirth (umumnya terjadi pada kasus eklampsia)

Bagaimana gejala preeklampsia?

Umumnya, ibu hamil yang didiagnosa preeklampsia mengalami gejala berikut:

  1. Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg
  2. Terjadi pembengkakan pada kaki, tangan dan wajah
  3. Berat badan naik secara drastis dan tiba-tiba
  4. Jarang buang air kecil
  5. Penglihatan menjadi buram dan sensitif terhadap cahaya terang
  6. Nyeri perut pada bagian atas atau di bawah tulang rusuk sebelah kanan
  7. Sesak napas
  8. Mual dan muntah

Jika Ibu mengalami kedelapan gejala di atas, sebaiknya Ibu segera memeriksakannya ke dokter untuk mendapatkan diagnosa lebih lanjut. Dokter biasanya akan melakukan tindakan ultrasonografi (USG) untuk mengecek kondisi janin, pemeriksaan darah, tes urin, serta nonstress test untuk menghitung detak jantung janin.

Jika hasil dari tindakan tersebut menunjukkan adanya protein di dalam urin, jumlah trombosit rendah, terdapat gejala gangguan ginjal dan hati yang lainnya, serta adanya cairan di dalam paru-paru, maka Ibu bisa dikatakan positif mengalami preeklampsia.

Apa penyebab preeklampsia?

Preeklampsia disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya:

  • Faktor genetik yang diturunkan oleh orang tua
  • Riwayat mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
  • Pembuluh darah menyempit sehingga jumlah darah berkurang drastis
  • Gangguan autoimun
  • Sistem kekebalan tubuh yang menurun
  • Terjadinya gangguan plasenta yang tidak bisa mengalirkan nutrisi ke janin dengan baik

Sementara itu, terdapat beberapa kondisi tertentu yang membuat Ibu hamil lebih berisiko mengalami preeklampsia, diantaranya:

  • Ibu dengan kehamilan pertama
  • Kehamilan kembar
  • Riwayat tekanan darah tinggi
  • Obesitas
  • Hamil di atas usia 35 tahun
  • Memiliki riwayat penyakit ginjal
  • Ada riwayat diabetes

Namun, risiko terkena preeklampsia pada kondisi di atas juga bergantung pada sistem kekebalan tubuh masing-masing.

Hal ini juga berkaitan erat dengan gaya hidup yang dijalankan selama kehamilan, sebab risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil bisa diminimalisir seawal mungkin.

Cara mencegah preeklampsia selama kehamilan

 

1. Menjaga pola makan selama hamil

Karena kondisi preeklampsia sangat erat kaitannya dengan darah tinggi, Ibu wajib memperhatikan makanan yang dikonsumsi untuk menjaga tekanan darah. Ibu hamil disarankan untuk memperbanyak asupan buah dan sayur yang kaya antioksidan, vitamin, serta mineral.

Selain itu, ibu hamil juga disarankan untuk membatasi asupan garam, makanan berpengawet, serta makanan dengan kadar gula yang tinggi.

2. Kontrol berat badan

Selalu konsultasikan berat badan Ibu beserta janin di dalam kandungan saat kontrol ke dokter setiap bulannya. Hal ini wajib Ibu ketahui perkembangannya untuk mengantisipasi sejak awal apabila berat badan naik secara tiba-tiba. Saat dokter menganalisa perkembangan berat badan Ibu, dokter akan memberikan saran yang tepat untuk mencapai berat badan ideal.

Jika berat badan terlalu berat atau terlalu rendah, metabolisme serta keseimbangan hormon tentu akan terganggu. Akibatnya, risiko terjadinya preeklampsia pada kehamilan pun lebih besar.

3. Pola hidup sehat

Pastikan Ibu selalu menerapkan pola hidup sehat untuk menjaga tekanan darah tetap stabil. Salah satunya adalah dengan memiliki jam tidur yang cukup 7-8 jam setiap malam. Dengan tidur dan istirahat yang cukup, kebugaran tubuh Ibu tetap terjaga. Istirahat yang cukup juga membantu mengurangi tingkat stres, lho. Adapun stres, juga termasuk salah satu penyebab darah tinggi.

Jangan lupa, selalu penuhi asupan cairan tubuh secara teratur, ya! Minum air putih sedikitnya 8 gelas per hari untuk menyeimbangkan kadar garam di dalam tubuh.

4. Olahraga rutin

Ibu juga disarankan untuk melakukan olahraga hamil secara teratur. Beberapa contoh olahraga hamil yang bisa Ibu pilih antara lain ialah senam hamil, yoga, atau berenang. Selain bermanfaat untuk mengontrol berat badan, olahraga juga efektif mengoptimalkan posisi janin di dalam kandungan.

Olahraga rutin juga mampu mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan, serta memperkuat panggul sehingga Ibu akan lebih siap menghadapi persalinan.

5. Penuhi asupan kalsium

Tahukah Ibu? Asupan kalsium saat hamil sangat berperan dalam perkembangan janin di dalam kandungan, lho. Kalsium berfungsi untuk pembentukan otot serta struktur tulang janin sejak awal kehamilan. Itulah sebabnya mengapa Ibu hamil wajib mengonsumsi kalsium lebih banyak daripada saat tidak hamil. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kementerian Kesehatan RI, ibu hamil dan menyusui wajib memenuhi 200 mg kalsium setiap harinya.

Untuk memenuhi asupan kalsium selama kehamilan, Ibu bisa mengonsumsi susu hamil dengan kandungan kalsium, asam folat, zat besi, serta vitamin C yang tinggi.

Enfamama A+ hadir sebagai pilihan susu hamil dengan nutrisi yang tepat. Susu hamil favorit para Ibu ini juga diperkaya dengan 7 vitamin dan 5 mineral yang berperan penting dalam tumbuh kembang janin di dalam kandungan.

Enfamama A+ juga dilengkapi dengan inulin sebagai sumber serat pangan. Serat ini yang akan membantu meningkatkan proses penyerapan kalsium di dalam tubuh. Selain itu, inulin juga akan menjaga sistem pencernaan tubuh Ibu tetap lancar dan sehat.

Tentu Ibu tidak ingin kalsium yang Ibu konsumsi menjadi sia-sia. Untuk itu, mengonsumsi Enfamama A+ selama dan setelah kehamilan, adalah jawabannya. Selamat mencoba ya, Bu!